Meskipun dikuras habis-habisan, seri ini tetap saja menjadi seri yang paling populer dari raksasa game seperti Ubisoft. Jadi tidak mengherankan jika mereka tidak akan berhenti dan terus bersemangat untuk menguras habis-habisan nama dan dunia fiksi Assassin’s Creed. Untuk tahun ini, Ubisoft menjagokan Assassin’s Creed Unity sebagai tiang utama seri Assassin’s Creed di tahun 2014. Setelah melalui promosi dan marketing besar-besaran, apakah Assassin’s Creed Unity mampu membuktikan kualitasnya sebagai game yang bisa membuat seri yang rilis setiap tahun ini tetap menarik untuk dimainkan? Cek ulasan lengkapnya di bawah.
“Kamu Assassin, Aku Templar”
Salah satu hal yang menjadi nilai jual utama dari seri Assassin’s Creed adalah cerita. Setiap game dari seri ini selalu memiliki pola dan tema yang sama, yaitu tentang konspirasi di dunia modern yang dikuasai oleh Templar dengan kedok sebuah perusahaan raksasa bernama Abstergo. Peran kamu di seri ini adalah sebagai Assassin yang merupakan musuh bebuyutan dari Templar.Selain menggambarkan secara sepintas konflik antara Assassin dan Templar di dunia modern, Assassin’s Creed juga populer karena menggambarkan kejadian-kejadian bersejarah yang dicampur dengan kisah fiksi ala seri ini. Berbagai teori konspirasi serta penyisipan tema Assassin dan Templar dengan apiknya Ubisoft sematkan dalam berbagai seri Assassin’s Creed yang telah dirilis.
Untuk Assassin’s Creed Unity, kamu akan disajikan dengan perseteruan antara Assassin dan Templar dengan latar belakang revolusi Perancis. Di sini kamu akan bertemu dengan beberapa tokoh ternama di balik revolusi ini seperti Napoleon Bonaparte. Sayangnya, berbeda dengan Assassin’s Creed II yang juga mengenalkan banyak tokoh populer ternama seperti Leonardo Da Vinci dan membuatnya menjadi bagian penting dalam game, tokoh-tokoh seperti Napoleon atau nama-nama yang populer bagi peminat sejarah Eropa berperan sangat kecil di Assassin’s Creed Unity. Seakan-akan kehadiran mereka hanya bermanfaat untuk fan-service saja.
Kurangnya
porsi karakter sejarah ini dibayar dengan dalamnya hubungan antara Arno
Dorian, karakter utama yang kamu kendalikan, dengan kekasihnya yaitu
Élise de la Serre. Kedua karakter ini merupakan dua sejoli yang sangat
mengingatkan saya akan Romeo dan Juliet. Meskipun saling mencintai satu
sama lain, hubungan mereka cukup kompleks karena Arno adalah seorang
Assassin, sedangkan Élise adalah seorang Templar.
Konsentrasi ke bagian roman ini merupakan angin lumayan segar untuk seri Assassin’s Creed, mengingat di game sebelumnya kisah roman antara karakter utama dengan pasangan mereka tidak ditelusuri dengan cukup dalam. Walaupun akan lebih baik lagi seandainya kisah antara keduanya ini tidak perlu ditelusuri dengan mengorbankan bagian historis dan konspirasi yang selalu menjadi nilai jual utama Assassin’s Creed.
Satu hal lagi yang jujur cukup membuat saya kecewa adalah kurang tereksposnya bagian Time Anomaly dalam game. Seperti yang telah Ubisoft kenalkan melalui trailer khusus sebelum Assassin’s Creed Unity dirilis, nantinya Arno, atau lebih tepatnya karakter yang tengah mengendalikan Arno menggunakan Animus, bisa menjelajahi Paris dari era yang berbeda. Saya tidak akan bercerita era apa saja yang akan kamu temukan karena itu adalah spoiler, tapi yang jelas seperti ditunjukkan trailer, kamu akan mengunjungi Paris di masa pendudukan Jerman pada Perang Dunia 2.
Sayangnya, bagian yang berpotensi untuk memperdalam aspek penyampaian cerita dengan sangat besar ini hanya ditampilkan setengah-setengah saja. Aksi kamu di era-era yang berbeda ini hanya sebatas beberapa misi sampingan mengumpulkan benda yang tersebar di area, atau hal standar lainnya. Betul-betul potensi naratif yang terbuang.
Konsentrasi ke bagian roman ini merupakan angin lumayan segar untuk seri Assassin’s Creed, mengingat di game sebelumnya kisah roman antara karakter utama dengan pasangan mereka tidak ditelusuri dengan cukup dalam. Walaupun akan lebih baik lagi seandainya kisah antara keduanya ini tidak perlu ditelusuri dengan mengorbankan bagian historis dan konspirasi yang selalu menjadi nilai jual utama Assassin’s Creed.
Satu hal lagi yang jujur cukup membuat saya kecewa adalah kurang tereksposnya bagian Time Anomaly dalam game. Seperti yang telah Ubisoft kenalkan melalui trailer khusus sebelum Assassin’s Creed Unity dirilis, nantinya Arno, atau lebih tepatnya karakter yang tengah mengendalikan Arno menggunakan Animus, bisa menjelajahi Paris dari era yang berbeda. Saya tidak akan bercerita era apa saja yang akan kamu temukan karena itu adalah spoiler, tapi yang jelas seperti ditunjukkan trailer, kamu akan mengunjungi Paris di masa pendudukan Jerman pada Perang Dunia 2.
Sayangnya, bagian yang berpotensi untuk memperdalam aspek penyampaian cerita dengan sangat besar ini hanya ditampilkan setengah-setengah saja. Aksi kamu di era-era yang berbeda ini hanya sebatas beberapa misi sampingan mengumpulkan benda yang tersebar di area, atau hal standar lainnya. Betul-betul potensi naratif yang terbuang.
Jika kamu berharap bisa menyelesaikan game ini layaknya seorang Assassin yang bayangannya saja tidak nampak, kamu jelas akan merasa sangat kesusahan
Mental Frontal
Assassin merupakan pembunuh yang terkenal bisa menyusup dan menghilang tanpa diketahui. Diceritakan bahwa Assassin dapat memiliki target yang dilindungi dengan sangat ketat, tapi masih akan mampu untuk menembus seluruh pertahanan dan membunuh sang target tanpa diketahui. Hal itu jelas tidak terbukti di Assassin’s Creed Unity.Di impresi awal saya tentang game ini, saya memuji aspek pertarungan dalam Assassin’s Creed Unity yang jelas jauh lebih kompleks dan susah dibandingkan dengan game Assassin’s Creed sebelumnya. Jika sebelumnya kamu cukup berjaga-jaga di tombol konter, maka dalam game ini kamu tidak bisa seenaknya saja asal main konter.
Kamu harus menentukan kapan waktunya menyerang secara frontal, kapan waktunya menghindar, atau kapan waktu yang tepat untuk menepis serangan lawan. Hal ini jelas lebih menarik dari apa yang biasa kita dapatkan di seri Assassin’s Creed, namun sayangnya game sering kali membuat posisi kamu sedikit tidak imbang dengan menyajikan banyak musuh sekaligus mengepung Arno, membuat aspek pertarungan di game ini terkadang malah terasa seperti game button-mashing.
Hal ini semakin diperparah dengan kecilnya kesempatan untuk melakukan aksi pembunuhan dengan hidden blade. Jika sebelumnya kamu bisa menggunakan hidden blade
untuk membunuh secara instan asalkan musuh tidak melihat, maka sekarang
kamu harus betul-betul tidak terdeteksi musuh untuk melakukannya.
Dikarenakan kontrol dan aspek stealth game ini sangatlah buruk, melakukan aksi tidak terdeteksi sepenuhnya adalah hal yang sangat sulit, alhasil hidden blade di sini jadi memiliki peran yang tidak sebesar game
sebelumnya. Mungkin kalau dijelaskan melalui tulisan kamu akan merasa
hal ini termasuk minor, tapi kalau kamu merupakan pemain lama seri Assassin’s Creed, dijamin kamu akan sangat terganggu dengan batasan ini.
Di atas saya sempat menyinggung sedikit tentang stealth yang sangat buruk dalam Assassin’s Creed Unity. Ironis memang seri Assassin’s Creed yang seharusnya terkenal karena stealth malah memiliki aspek stealth yang hampir selalu mengecewakan. Sebenarnya Assassin’s Creed Unity sudah lebih memperbaiki aspek stealth dibandingkan pendahulunya. Hal ini berhasil dilakukan dengan penambahan tombol untuk menunduk yang seharusnya sudah tersedia dari dulu. Tapi meskipun begitu, game ini masih sering sekali menghasilkan hal konyol seperti Arno yang memilih tempat berlindung yang salah saat diperintahkan untuk bersembunyi, sampai ke AI musuh yang luar biasa bodoh. Jika kamu berharap bisa menyelesaikan game ini layaknya seorang Assassin yang bayangannya saja tidak nampak, kamu jelas akan merasa sangat kesusahan.
Di atas saya sempat menyinggung sedikit tentang stealth yang sangat buruk dalam Assassin’s Creed Unity. Ironis memang seri Assassin’s Creed yang seharusnya terkenal karena stealth malah memiliki aspek stealth yang hampir selalu mengecewakan. Sebenarnya Assassin’s Creed Unity sudah lebih memperbaiki aspek stealth dibandingkan pendahulunya. Hal ini berhasil dilakukan dengan penambahan tombol untuk menunduk yang seharusnya sudah tersedia dari dulu. Tapi meskipun begitu, game ini masih sering sekali menghasilkan hal konyol seperti Arno yang memilih tempat berlindung yang salah saat diperintahkan untuk bersembunyi, sampai ke AI musuh yang luar biasa bodoh. Jika kamu berharap bisa menyelesaikan game ini layaknya seorang Assassin yang bayangannya saja tidak nampak, kamu jelas akan merasa sangat kesusahan.
Tentang Bug dan Glitch
Jika kamu termasuk orang yang mengikuti perkembangan berita game termasuk di situs selain Games in Asia, mungkin kamu sudah dengar tentang banyaknya masalah dalam game Assassin’s Creed Unity. Mulai dari wajah karakter yang menghilang, masalah save, game yang tiba-tiba mati, karakter yang tidak bisa bergerak, dan lain sebagainya. Jujur untuk urusan ini saya tidak bisa berkomentar banyak, karena dari pengalaman saya memainkan keseluruhan cerita Assassin’s Creed Unity beserta beberapa jam misi sampingan dan multiplayer, saya hanya menemukan dua kali masalah yang menyebalkan.Jadi, kalau kamu ingin bermain tanpa bug sama sekali, maka kamu mungkin harus menunggu sampai Ubisoft mengeluarkan lebih banyak patch untuk Assassin’s Creed Unity. Tapi kalau kamu tidak sabar untuk memainkan game ini, saya tidak ragu-ragu untuk menyarankan kamu untuk tidak terlalu khawatir dengan urusan bug, karena persentase keluarnya yang tidak sebesar apa yang digembar-gemborkan di luar sana.
Backstreet Boys, Rooftop Guys
Meskipun cukup dijangkiti masalah menyebalkan untuk urusan gameplay, saya tidak bisa memungkiri bahwa saya menemukan kesenangan yang luar biasa dalam memainkan misi multiplayer di Assassin’s Creed Unity. Memang kamu tetap akan menemukan masalah seperti yang dijelaskan di atas, tapi sensasi yang akan kamu rasakan melalui berlarian dan melakukan parkour bersama-sama itu sangatlah seru dan nampak keren.Dalam game ini, saat bermain multiplayer kamu tetap akan berperan sebagai Arno. Sedangkan pemain lain akan berperan sebagai … Arno juga. “Lho terus bagaimana dong bermainnya?” Mudah saja, dari sudut pandang kamu, pemain lain hanyalah Assassin tanpa nama, sedangkan dari sudut pandang pemain lain, kamulah Assassin yang tak bernama. Tidak perlu takut juga kamu akan berpenampilan sama persis dengan pemain lain, karena di sini kamu bisa memodifikasi penampilan Arno sesuka hati, hal ini akan saya bahas lebih lanjut di bawah.
Kamu dapat mengakses multiplayer melalui pemberi misi yang tersebar di kota Paris. Setiap misi multiplayer biasanya memiliki cerita sendiri layaknya misi utama. Cara bermain misi multiplayer pun kurang lebih sama dengan single player, hanya saja kamu akan ditemani dengan orang lain yang kemungkinan besar tidak kamu kenal.
Seperti yang sudah saya singgung di impresi awal, hal paling menyenangkan di bagian multiplayer co-op ini adalah bagaimana kamu bisa beraksi dengan orang lain yang tidak kamu kenal tanpa harus melakukan komunikasi verbal langsung, cukup dengan isyarat gerakan tubuh saja. Betul-betul mengingatkan saya akan game multiplayer paling indah yang pernah saya mainkan, Journey.
Ini Arno Aku, Mana Arno Kamu?
Selain multiplayer, hal lain yang tidak saya sangka akan saya nikmati adalah fitur untuk mengubah penampilan Arno dengan bebas. Jika dalam game sebelumnya penampilan kamu cukup dibatasi dengan pilihan equipment yang cukup terbatas, di sini kamu dapat menemukan pilihan pelindung tubuh yang sangat bervariasi.Pilihan yang ada mulai dari desain tudung, jenis baju dan juga celana, bentuk sarung tangan hidden blade, sampai dengan tampilan dan fungsi sabuk Arno. Semua atribut tersebut akan mempengaruhi besarnya daya tahan Arno, kemampuan mengendap-endap dia, serta kemampuan bertarung jarak pendek. Selain desain pakaian yang sangat bervariasi itu, kamu juga bisa menentukan sendiri warna pakaian Arno. Makanya jika dilihat di gambar pembahasan multiplayer di atas, kamu bisa meliat empat orang Arno dengan penampilan yang berbeda-beda (saya yang warna hijau btw).
Selain pakaian, akan ada banyak juga pilihan senjata untuk Arno. Mulai dari pedang yang bisa dipegang dengan satu tangan, tombak, senjata berat yang harus dipegang dengan dua tangan, pistol, sampai dengan senapan laras panjang. Masing-masing senjata memiliki desain yang sangat keren dan juga cara penggunaan yang berbeda-beda.
Jadi, bagaimana Arno kamu akan tampil serta beraksi, semuanya bisa kamu tentukan sendiri sesuka hati.
Paris Je T’aime
Oh Paris, kota romantis tempat revolusi anarkis di game terbaru dari seri yang sadis. Mengingat kota indah ini juga merupakan tempat markas besar Ubisoft, tidak heran jika mereka betul-betul tidak main-main menyajikan sebuah kota Paris kuno yang seru untuk dijelajahi.Dalam Assassin’s Creed Unity, kamu akan disajikan dengan kota Paris yang nampak sangat hidup. Penduduk yang sangat banyak jumlahnya ditampilkan dalam satu layar dengan berbagai aktivitas mereka masing-masing. Tersebar juga berbagai kegiatan sampingan yang bisa kamu lakukan. Bahkan saking banyaknya kegiatan sampingan ini, menyelesaikan cerita utama dalam game hanya akan memberikan kamu kurang lebih 35% dari total keseluruhan game.
Meskipun nampak sangat indah dan luar biasa, saya tidak bisa memungkiri bahwa Ubisoft bekerja terlalu berlebihan untuk bagian ini. Peta kota Paris yang ada di Assassin’s Creed Unity sangatlah besar. Bahkan saking besarnya sampai-sampai setelah menamatkan cerita utama, masih ada bagian kota yang tidak tersentuh sama sekali, dan bagian tersebut sangatlah besar. Padahal di bagian yang telah terbuka sepanjang cerita utama berlangsung saja, sudah ada sangat banyak aktivitas sampingan yang dapat dilakukan. Lalu untuk apa membuat bagian yang masih sangat besar, hanya untuk menampung apa yang bisa didapatkan di bagian lainnya.
Seandainya tenaga dan waktu yang dihabiskan untuk membuat kota yang terlalu besar ini dialokasikan untuk bagian lain, saya cukup yakin Ubisoft bisa lebih memoles beberapa bagian lain dalam game yang dirilis dalam keadaan yang … yaaaah … “kurang terpoles”.
Pemandangan Indah
Kalau untuk urusan grafis, tidak banyak yang bisa diprotes dari Assassin’s Creed Unity. Di luar beberapa bug visual yang mungkin kamu temukan, game ini menyajikan sebuah pengalaman bermain game generasi modern yang luar biasa. Karakter nampak begitu detail (dengan rambut yang menawan), dan animasi pergerakan mereka pun terlihat amat sangat bagus. Bagian animasi ini terutama sangat nampak ketika kamu sedang bertarung atau beraksi parkour.Sayangnya (lagi-lagi sayangnya), visual fantastis yang ada di dalam game betul-betul dirusak total oleh desain interface yang sangat buruk. Sering kali layar menunjukkan terlalu banyak informasi serta notifikasi yang sebenarnya tidak penting. Parahnya lagi, tidak jarang notifikasi tidak penting akan muncul dalam waktu lama menutupi teks yang menjelaskan misi atau cerita. Hal ini jelas membuat pengalaman bermain jadi luar biasa terganggu. Saya sampai penasaran apa jangan-jangan Assassin’s Creed Unity tidak dibuat melalui proses testing user experience.
Game Untuk Kaum Borjuis
Kalau kamu merupakan gamer yang hobi bermain menggunakan smartphone, atau mungkin suka bermain game online tanpa langganan, kamu mungkin sangat familer dengan transaksi mikro (microtransaction) atau yang biasa kita kenal dengan istilah In-App Purchase (IAP). Wajar kalau game yang tersedia secara gratis memiliki IAP, tapi bagaimana jika game seharga lebih dari Rp. 600.000 juga mengimplementasikan IAP, mengerikan bukan? Itulah yang akan kamu temukan dalam Assassin’s Creed Unity.Saya juga cukup dikejutkan ketika melihat mata uang yang berbeda dari apa yang saya temukan ketika bertualang di Paris. Mata uang bernama Helix ini bisa kamu beli dengan jenis-jenis paket yang telah disediakan Ubisoft. Kamu bisa menggunakannya untuk membeli senjata, pakaian, atau bahkan untuk meningkatkan kekuatan yang dimiliki Arno.
Meskipun terdengar menyebalkan, untungnya game ini tidak akan memaksa kamu untuk membeli produk IAP agar bisa menamatkannya. Tapi kamu-kamu yang ingin mendandani Arno dengan pakaian-pakaian khusus, bersiap-siaplah untuk mengeluarkan uang ekstra setelah membayar ratusan ribu untuk game ini.
Selain IAP, ada juga hal mengganggu lain yang saya temukan di Assassin’s Creed Unity. Hal yang saya maksud adalah peti harta yang tersebar dalam game. Jika di game sebelumnya kamu cukup menekan sebuah tombol untuk mendapatkan apa yang ada di dalam peti, kini kamu harus berhadapan dengan berbagai jenis peti. Ada peti standar yang bisa kamu ambil isinya sesuka hati, ada peti yang harus kamu bobol dulu kuncinya, dan yang menyebalkan adalah peti-peti yang baru bisa kamu buka jika kamu sudah menghubungkan game dengan akun uPlay lalu menggunakan produk-produk sampingan seperti Assassin’s Creed Unity Companion App atau Assassin’s Creed Initiates.
Rasanya tidak adil jika setelah meminta uang yang banyak dari kita, Ubisoft masih meminta uang lagi untuk hal-hal yang jelas merupakan standar rendah baru dari hal-hal busuk di industri game. Mengecewakan sekali Ubisoft.
Verdict: Anomali
Dari ulasan di atas, sepertinya banyak sekali kekurangan yang dimiliki Assassin’s Creed Unity. Sebenarnya game ini tidaklah sejelek apa yang ada di pikiran kamu setelah membaca ulasan lengkapnya. Sepertinya lebih tepat jika mengatakan bahwa Assassin’s Creed Unity, sama seperti game besar Ubisoft yang rilis tahun ini yaitu Watch Dogs, sangat tertutup bayang-bayang promosi, marketing, dan janji yang terlalu besar. Minat gamer yang dibangun Ubisoft untuk game ini amat sangat besar, sehingga ekspektasi orang pun menjadi terlalu tinggi.Mungkin ke depannya Ubisoft bisa mencoba untuk mengontrol janji-janji yang mereka berikan kepada penggemarnya. Atau mungkin juga mereka bisa mencoba untuk berkonsentrasi kepada game yang lebih kecil tapi berkualitas seperti Rayman Legends, Child of Light, atau Valiant Hearts yang semuanya betul-betul memiliki kualitas yang sangat tinggi.
Tapi, walaupun saya banyak mengutarakan komplain tentang game ini, ada satu anomali yang sangat mengganggu saya, yaitu sulit sekali bagi saya untuk berhenti memainkan Assassin’s Creed Unity. Mungkin saja ini terbantu berkat cerita yang cukup menarik untuk diikuti. Melihat adanya anomali dalam pengalaman saya tersebut, saya jadi sangat bingung bagaimana harus menilai game yang satu ini.
Assassin’s Creed Unity jelas merupakan game yang sangat jauh dari kata sempurna, tapi tidak bisa dipungkiri game ini punya kemampuan untuk mengikat pemainnya agar terus bermain sampai selesai.
Gameplay:
Sumber: id.gamesinasia.com