Sebagai salah satu penggemar Assassin’s Creed (AC) dari seri pertamanya tahun 2007 lalu, penulis cukup antusias dalam menyambut dua game AC yang dirilis tahun ini, AC Unity dan AC Rogue. Namun penulis sedikit kecewa dengan apa yang dilakukan Ubisoft saat melakukan kampanye dua game ini. Ubisoft terkesan seolah-olah menjadikan AC Rogue sebagai “anak tiri” dengan sedikitnya materi kampanye yang diberikan untuk game ini. Bandingkan saja dengan AC Unity yang mendapatkan banyak materi kampanye, mulai dari puluhan trailer, event melibatkan fans bahkan video di balik layarnya pun sempat dipublikasikan.
Namun sejak awal konfirmasinya, penulis merasa lebih antusias dalam menyambut AC Rogue. Yap, mungkin kamu masih ingat dengan artikel opini penulis beberapa waktu lalu mengenai beberapa alasan untuk antusias dengan judul ini (baca: 5 Alasan untuk Antusias Menyambut AC Rogue). Entah mengapa, penulis cukup yakin dengan langkah Ubisoft dalam AC Rogue ini, dengan memperkenalkan sosok assassin yang berubah menjadi templar dalam diri Shay Patrick Cormac. Meskipun masih dikembangkan untuk konsol last gen yang tentunya dengan teknologi tidak secanggih AC Unity, namun ada beberapa hal yang menjadi nilai jual utama game ini, antara lain story dan karakter. Bukankah menikmati game tidak melulu hanya dari sisi grafis dan teknologi?
Di saat AC Unity mengalami banyak masalah (yang membuat penulis sedikit menunda untuk memainkan game ini), AC Rogue bisa dibilang hadir nyaris tanpa masalah yang berarti dari sisi performa. Meskipun sampai saat ini penulis belum mencoba AC Unity, namun dari sisi performa penulis cukup yakin bahwa AC Rogue bisa memukul telak AC Unity. Performa disini dalam artian mengenai bug, glitch dan juga masalah-masalah lain di luar gameplay. Padahal, AC Rogue dikembangkan lebih singkat dibandingkan AC Unity karena masih menggunakan beberapa teknologi yang sama dengan AC IV: Black Flag (atau bahkan AC III) lalu.
Lagi-lagi, hal ini membuat penulis merasa AC Rogue menjadi “anak tiri” dari Ubisoft karena minim memberikan inovasi. Namun Ubisoft Sofia mampu menjawabnya dengan performa game yang cukup baik, meskipun tidak 100% bersih dari bug dan glitch. Satu-satunya masalah di performa yang penulis catat adalah waktu loading yang cukup lamaaa saat kamu berpindah dari satu area ke area yang lain, atau dari satu sequence menuju sequence berikutnya. Penulis cukup memahami hal ini, karena toh memang game ini dikembangkan di konsol last gen dengan teknologi yang mungkin sudah cukup uzur.
Satu lagi alasan yang membuat penulis bisa memaklumi waktu loading yang cukup lama ini adalah masifnya area yang disediakan Ubisoft untuk game ini. Dengan luasnya area dan banyak variasi lingkungan, membuat kamu bisa melakukan banyak hal, baik di darat maupun di laut. AC Rogue bukanlah game dengan grafis terbaik untuk last gen, namun terlihat lingkungan ini di-render dengan cukup halus dan memaksimalkan potensi terbaik dari PS3 dan Xbox 360. Sayang, mungkin karena keterbatasan teknologi, beberapa detail masih terlihat kabur, dan juga bayangan dari objek kadang menghilang.
Dari sisi story yang menjadi kekuatan utama dari AC Rogue, penulis menganggap Ubisoft berhasil menutup lubang plot dari saga Revolusi Amerika dengan baik. Meskipun masih ada beberapa pertanyaan yang belum terjawab, kehadiran Shay penulis anggap cukup baik dalam menjadi jembatan antara kisah AC III dengan AC IV: Black Flag lalu. Ubisoft bahkan juga berusaha untuk menghadirkan berbagai plot menarik, yang menghubungkan game ini dengan AC Unity. Penulis rasa sudah mengambil langkah yang tepat, dengan memainkan AC Rogue dahulu sebelum memainkan AC Unity. Dan saran penulis sih, lakukan hal yang sama ya sembari menunggu masalah-masalah dalam AC Unity terselesaikan..
Shay sendiri adalah karakter yang unik, dan lain dari para assassin sebelumnya. Bukan hanya karena dia membelot menjadi seorang templar, namun kepribadian dan karakteristiknya membuat Shay menjadi salah satu karakter assassin yang terbaik menurut penulis dan memorable. Jauh lebih memorable dibandingkan Connor yang sampai saat ini entah kenapa menurut penulis tidak memorable dan menarik sama sekali…
Dari segi gameplay, naval battle dan aksi-aksi khas assassin tentunya sudah sangat familiar, dan cukup minim inovasi yang diberikan oleh Ubisoft. Namun penulis cukup menikmati peran sebagai sosok templar, apalagi saat dikejar-kejar assassin yang melakukan aksi stealth. Malah di beberapa aksi, penulis sempat merasa, aksi stealth yang dilakukan oleh assassin AI ternyata lebih hebat dibandingkan penulis saat menjadi assassin ya. Hehe..
Ada juga beberapa misi untuk templar yang “baru” di game ini, seperti melindungi target dari para assassin yang memburunya. Naval battle juga sedikit mendapatkan improvisasi, dimana saat menjadi templar bukan kamu yang harus boarding ke kapal musuh, melainkan kamu yang harus bertahan dari assassin yang tiba-tiba melompat ke geladak kapalmu. Namun sayang, bagi kamu yang suka dengan aksi parkour, game ini cukup bermasalah dalam hal tersebut. Contohnya saat kamu berayun dari satu pohon ke pohon yang lain sebelum melakukan air assassinate, kamu harus melakukannya dengan hati-hati atau kamu bisa jatuh sebelum saat yang kamu inginkan.
Kesimpulannya, seperti judul di atas, rupanya Ubisoft Sofia ingin menunjukkan bahwa “si anak tiri” ini pun bisa memberikan kejutan dengan tampil memukau. Menjadi templar dalam game ini menjadi sebuah kesenangan tersendiri, yang mungkin tidak pernah kamu dapatkan di game-game sebelumnya. AC Rogue bisa menjadi perpisahan terbaik seri AC di PS3 dan Xbox 360 jika di masa yang akan datang Ubisoft memutuskan untuk meninggalkan generasi konsol ini.
Trailer:
Sumber: www.duniaku.net